CASE THREE:
The New Encounter
Keesokan harinya, Gilbert datang ke sekolah dengan penampilan yang amat sangat kacau. Biasanya dia tampil rapih, baju dimasukkan, pakai almamater, pakai sabuk dan lencana. Tapi hari ini, bajunya keluar, tak memakai almamater, rambutnya pun acak-acakan. Benar-benar berbeda dengan Gilbert yang biasanya. Matanya terlihat merah dan ada lingkaran hitam dibawah matanya, sepertinya dia kurang tidur. Kontan saja anak-anak yang sudah ada di kelas kaget melihat Gilbert. Gilbert berjalan cepat menuju bangkunya dan langsung duduk tanpa memperdulikan tatapan heran teman-temannya. Lalu Will mendekati Gilbert karena khawatir melihat penampilan teman sebangkunya itu. Setelah 2 tahun bersamap-sama, baru kali ini dia melihat Gilbert seperti itu, dan sepertinya ia bisa menebak apa yang membuat teman sebangkunya itu mendadak suram.
"Lu kenapa, Gil? Muke lu keliatan kusut banget!"
Gilbert mengacuhkan pertanyaan Will. Dia masih memikirkan kejadian yang terjadi kemarin. Setelah kejadian itu dia masih belum mendapatkan jawaban atas segala pertanyaan yang terus hadir dibenaknya. Dia masih tak habis pikir kenapa dia bisa sebodoh itu dalam mengambil keputusan. Hanya penyesalan yang tersisa, penyesalan karena tidak bisa menghadapi masalah seperti itu dengan kepala dingin. Lamunannya buyar karena tiba-tiba ada yang memukul kepalanya dengan keras.
"Awwwww!!!!! Lu ngapain sih Wil? Ngapain lu mukul gue pake buku segala. Mo bikin gue amnesia??" pekik Gilbert sambil memegangi kepalanya yang sakit.
"Salah lu sendiri! Gue tadi nanya lu kenape, eh lu malah bengong! Gue kira lu kesurupan. Makanya gue pukul ama buku. Kali aja setannya keluar!!" kata Will ngasal sambil memegangi buku matematika yang tadi dia pakai untuk memukul Gilbert.
"Sembarangan lu kalau ngomong!" kata Gilbert sambil balas memukul Will.
"Ampun!!" kini giliran Will yang memegangi kepalanya.
"Makanya lu jangan ngasal kalau ngomong!"
"Iye iye.. Gue minta maaf. Lu kenapa sih? Jangan-jangan gara-gara kejadian kemaren lagi? Ups!" Will lupa kalau Gilbert sangat sensitif kalau dia membahas soal mantan pacarnya.
"Lu tau darimana?" Gilbert kaget mendengar kalimat Will.
"Hmm... Jelas aja gue tau, orang si Ian tereak-tereak gitu pas diterima ama si Leia."
"Nah, lu udah tau. Ngapain lu nanya lagi ke gue?!" kata Gilbert dengan nada tinggi.
"Biasa aja dong lu! Gue kan khawatir ama lu!" Will ikut-ikutan emosi karena dia tidak suka dibentak oleh orang lain.
"Sori! Gue lagi kalut!" kata Gilbert sambil berdiri dari bangkunya.
"Eh! Lu mau kemana?"
"WC! Gue pengen boker. Kenapa? Lu mau ikut?"
"Mau dong ikutt~! Gue kan nggak mau pisah ama lu, honey." kata Will dengan gaya bencong andalannya.
"Ihh! Jijay tau! Lama-lama lu jadi maho beneran tau!" kata Gilbert sambil ngibrit keluar kelas.
"Yahhh... Gue di tinggalin deh.." kata Will dengan nada sok-sok kecewa. Hatinya sedikit lega melihat Gilbert masih bisa bercanda seperti itu. Karena dia tahu, waktu Gilbert dan Leia masih pacaran. Mereka itu seperti magnet! Selalu nempel kemana pun mereka pergi, kecuali ke wc tentunya. :-P
Sementara itu di toilet, terlihat Gilbert yang sedang membasuh wajahnya beberapa kali dengan air yang mengalir dari keran wastafel.
'Bener kata Will, muka gue bener-bener kusut.' katanya dalam hati sambil memandangi wajahnya di cermin. Dia lalu membasuh wajahnya lagi sekitar lima belas kali. Setelah yakin wajahnya.sudah sedikit fresh. Dia merogoh sakunya untuk mengambil sapu tangan.
"Aduh! Mana sih sapu tangan gue? Masa sih ketinggalan?" gerutu Gilbert sambil merogoh saku celananya yang satu lagi.
"Nih! Lu butuh sapu tangan kan? Pake punya gue dulu aja." terdengar suara perempuan dari belakang.
'Hah? Kok ada suara cewek? Ini kan WC cowok. Jangan-jangan kunti lagi. Kok ni kunti centil banget ada di WC cowok. Aduh! Mana gue sendirian lagi disini. Bisa-bisa gue di apa-apain ama ini kunti. Gue kabur aja gitu? Tapi gue penasaran wujudnya kayak apa. Gue balik badan aja gitu?' setelah beberapa saat bergelut dengan hati nuraninya, Gilbert pun berbalik untuk melihat siapa yang menawarkannya sapu tangan. Jjerrreeeennngggg!!!!!!!!!! Ternyata eh ternyata, dia adalah Aria, teman sekelasnya.
"Lu bikin gue kaget aja!" kata Gilbert sambil berusaha menutupi kekagetannya. Masalahnya, dia itu terkenal sebagai cowok cool di kelas, jia tidak ingin terlihat payah di depan teman sekelasnya itu.
"Ahahahahahhahaha... Sori sori..!! Gue nggak maksud loh!" kata Aria sambil tertawa.
"Lagi ngapain lu di sini???"
"Ngapain? Nungguin si Ellena. Dia udah ada jadwalnya kalo ke wc." kata Aria ngasal.
Tiba-tiba terdengar suara pintu toilet di buka.
"Ri, lagi ngomong ama siapa?" tanya Ellena.
"Nih, ama temen sekelas kita." sahut Aria sambil menahan tawa.
"Temen sekelas? Siapa? Eh? Gilbert?! Ngapain kamu disini??" kata Ellena kaget melihat Gilbert, dia baru menyadari ada Gilbert disana. Gaya bicara Ellena memang berbeda. Karena keluarganya sebagian besar berprofesi guru, jadi dia dilarang menggunakan gue-elu dalam pergaulannya.
"Gue abis cuci muka. Kenapa? Kok lu masang tampang heran gitu?"
"Eh, nggak kenapa-kenapa sih. Tapiii...."
"Tapi apa?"
"Ini kan toilet cewek, Gil. Kamu salah masuk toilet."
Tiba-tiba meledaklah tawa Aria. Daritadi dia menahan tawanya, karena tidak ingin membuat Gilbert malu. Tapi usahanya sia-sia, malahan dia tertawa sangat kencang. Sementara itu Gilbert hanya bisa mematung.
"Hah? Toilet cewek?? Nggak salah?" tanyanya dengan tampang polos.
"Iya!! Tuh liat tulisan didepan! LADIES. Tulisan segede gitu nggak keliatan. Gue aja yang bolor masih bisa baca." kata Aria sambil menunjuk tulisan LADIES.
"Oh, itu tadi WC cowok nggak ada aer. Jadi gue numpang aja disini. Gue kira nggak ada sapa-sapa. Ternyata ada lu berdua disini." kata Gilbert ngeles.
"Oh, gitu?" kata Ellena berusaha menahan tawanya.
"Ah! Lu mah ngeles doangggg!!! Gue tau lu malu beratttttt!!" tawa Aria makin menjadi-jadi.
'Dasar ini anak nggak ngerti situasi orang.' pikir Gilbert dan Ellena dalam hati mereka.
"Syuutttt, Ri!" kata Ellena sambil membekap mulut Aria.
"Gue duluan ya!" pamit Gilbert, dia tidak ingin berlama-lama disana. Dia sangat malu karena kejadian tadi.
"Oke! Oke!" kata Aria dan Ellena berbarengan.
"Ahahhahha... Si Gilbert kocak juga. Gue kira dia cool." kata Aria.
"Syuutt~ Dia masih di deket-deket sini. Kasian ah. Dia malu tuh."
"Ahahah.. Nggak apa. Sekali-sekali liat topeng cool dia lepas kan asik.."
"Ckckckkck.. Dasar kau! Yu ah ke kelas! Udah di sms ada guru nih."
"Ayu~!"
Mereka berdua pun berjalan menuju kelas mereka.
"Lu kenapa, Gil? Muke lu keliatan kusut banget!"
Gilbert mengacuhkan pertanyaan Will. Dia masih memikirkan kejadian yang terjadi kemarin. Setelah kejadian itu dia masih belum mendapatkan jawaban atas segala pertanyaan yang terus hadir dibenaknya. Dia masih tak habis pikir kenapa dia bisa sebodoh itu dalam mengambil keputusan. Hanya penyesalan yang tersisa, penyesalan karena tidak bisa menghadapi masalah seperti itu dengan kepala dingin. Lamunannya buyar karena tiba-tiba ada yang memukul kepalanya dengan keras.
"Awwwww!!!!! Lu ngapain sih Wil? Ngapain lu mukul gue pake buku segala. Mo bikin gue amnesia??" pekik Gilbert sambil memegangi kepalanya yang sakit.
"Salah lu sendiri! Gue tadi nanya lu kenape, eh lu malah bengong! Gue kira lu kesurupan. Makanya gue pukul ama buku. Kali aja setannya keluar!!" kata Will ngasal sambil memegangi buku matematika yang tadi dia pakai untuk memukul Gilbert.
"Sembarangan lu kalau ngomong!" kata Gilbert sambil balas memukul Will.
"Ampun!!" kini giliran Will yang memegangi kepalanya.
"Makanya lu jangan ngasal kalau ngomong!"
"Iye iye.. Gue minta maaf. Lu kenapa sih? Jangan-jangan gara-gara kejadian kemaren lagi? Ups!" Will lupa kalau Gilbert sangat sensitif kalau dia membahas soal mantan pacarnya.
"Lu tau darimana?" Gilbert kaget mendengar kalimat Will.
"Hmm... Jelas aja gue tau, orang si Ian tereak-tereak gitu pas diterima ama si Leia."
"Nah, lu udah tau. Ngapain lu nanya lagi ke gue?!" kata Gilbert dengan nada tinggi.
"Biasa aja dong lu! Gue kan khawatir ama lu!" Will ikut-ikutan emosi karena dia tidak suka dibentak oleh orang lain.
"Sori! Gue lagi kalut!" kata Gilbert sambil berdiri dari bangkunya.
"Eh! Lu mau kemana?"
"WC! Gue pengen boker. Kenapa? Lu mau ikut?"
"Mau dong ikutt~! Gue kan nggak mau pisah ama lu, honey." kata Will dengan gaya bencong andalannya.
"Ihh! Jijay tau! Lama-lama lu jadi maho beneran tau!" kata Gilbert sambil ngibrit keluar kelas.
"Yahhh... Gue di tinggalin deh.." kata Will dengan nada sok-sok kecewa. Hatinya sedikit lega melihat Gilbert masih bisa bercanda seperti itu. Karena dia tahu, waktu Gilbert dan Leia masih pacaran. Mereka itu seperti magnet! Selalu nempel kemana pun mereka pergi, kecuali ke wc tentunya. :-P
Sementara itu di toilet, terlihat Gilbert yang sedang membasuh wajahnya beberapa kali dengan air yang mengalir dari keran wastafel.
'Bener kata Will, muka gue bener-bener kusut.' katanya dalam hati sambil memandangi wajahnya di cermin. Dia lalu membasuh wajahnya lagi sekitar lima belas kali. Setelah yakin wajahnya.sudah sedikit fresh. Dia merogoh sakunya untuk mengambil sapu tangan.
"Aduh! Mana sih sapu tangan gue? Masa sih ketinggalan?" gerutu Gilbert sambil merogoh saku celananya yang satu lagi.
"Nih! Lu butuh sapu tangan kan? Pake punya gue dulu aja." terdengar suara perempuan dari belakang.
'Hah? Kok ada suara cewek? Ini kan WC cowok. Jangan-jangan kunti lagi. Kok ni kunti centil banget ada di WC cowok. Aduh! Mana gue sendirian lagi disini. Bisa-bisa gue di apa-apain ama ini kunti. Gue kabur aja gitu? Tapi gue penasaran wujudnya kayak apa. Gue balik badan aja gitu?' setelah beberapa saat bergelut dengan hati nuraninya, Gilbert pun berbalik untuk melihat siapa yang menawarkannya sapu tangan. Jjerrreeeennngggg!!!!!!!!!! Ternyata eh ternyata, dia adalah Aria, teman sekelasnya.
"Lu bikin gue kaget aja!" kata Gilbert sambil berusaha menutupi kekagetannya. Masalahnya, dia itu terkenal sebagai cowok cool di kelas, jia tidak ingin terlihat payah di depan teman sekelasnya itu.
"Ahahahahahhahaha... Sori sori..!! Gue nggak maksud loh!" kata Aria sambil tertawa.
"Lagi ngapain lu di sini???"
"Ngapain? Nungguin si Ellena. Dia udah ada jadwalnya kalo ke wc." kata Aria ngasal.
Tiba-tiba terdengar suara pintu toilet di buka.
"Ri, lagi ngomong ama siapa?" tanya Ellena.
"Nih, ama temen sekelas kita." sahut Aria sambil menahan tawa.
"Temen sekelas? Siapa? Eh? Gilbert?! Ngapain kamu disini??" kata Ellena kaget melihat Gilbert, dia baru menyadari ada Gilbert disana. Gaya bicara Ellena memang berbeda. Karena keluarganya sebagian besar berprofesi guru, jadi dia dilarang menggunakan gue-elu dalam pergaulannya.
"Gue abis cuci muka. Kenapa? Kok lu masang tampang heran gitu?"
"Eh, nggak kenapa-kenapa sih. Tapiii...."
"Tapi apa?"
"Ini kan toilet cewek, Gil. Kamu salah masuk toilet."
Tiba-tiba meledaklah tawa Aria. Daritadi dia menahan tawanya, karena tidak ingin membuat Gilbert malu. Tapi usahanya sia-sia, malahan dia tertawa sangat kencang. Sementara itu Gilbert hanya bisa mematung.
"Hah? Toilet cewek?? Nggak salah?" tanyanya dengan tampang polos.
"Iya!! Tuh liat tulisan didepan! LADIES. Tulisan segede gitu nggak keliatan. Gue aja yang bolor masih bisa baca." kata Aria sambil menunjuk tulisan LADIES.
"Oh, itu tadi WC cowok nggak ada aer. Jadi gue numpang aja disini. Gue kira nggak ada sapa-sapa. Ternyata ada lu berdua disini." kata Gilbert ngeles.
"Oh, gitu?" kata Ellena berusaha menahan tawanya.
"Ah! Lu mah ngeles doangggg!!! Gue tau lu malu beratttttt!!" tawa Aria makin menjadi-jadi.
'Dasar ini anak nggak ngerti situasi orang.' pikir Gilbert dan Ellena dalam hati mereka.
"Syuutttt, Ri!" kata Ellena sambil membekap mulut Aria.
"Gue duluan ya!" pamit Gilbert, dia tidak ingin berlama-lama disana. Dia sangat malu karena kejadian tadi.
"Oke! Oke!" kata Aria dan Ellena berbarengan.
"Ahahhahha... Si Gilbert kocak juga. Gue kira dia cool." kata Aria.
"Syuutt~ Dia masih di deket-deket sini. Kasian ah. Dia malu tuh."
"Ahahah.. Nggak apa. Sekali-sekali liat topeng cool dia lepas kan asik.."
"Ckckckkck.. Dasar kau! Yu ah ke kelas! Udah di sms ada guru nih."
"Ayu~!"
Mereka berdua pun berjalan menuju kelas mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar